Cagar Biosfer (Biosphere Reserve) adalah salah satu model pengelolaan kawasan multistakeholder yang dipekenalkan UNESCO sebagai model tata kelola dengan menempatkan daerah konservsi sebagai zona inti penyumbang aneka ragam layanan ekosistem penting dan mendasar, serta pemukiman perdesaan disekitar kawasan konservasi sebagai zona penyangga dan masyarakat perkotaan sebagai zona transisi.
Didasari oleh latar belakang tersebut, Kamis (17/3/2022), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya (LPPM UB) menggelar Kick Off Program: Centre of Excellence for Sustainable Biosphere. Acara ini dihadiri oleh pimpinan LPPM, Ketua BPPM fakultas, Kepala Pusat studi di lingkup LPPM dengan menghadirkan Agung Nugroho Adi, SE., MM., MM.HRM dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB selaku moderator, serta dosen pengusul hibah Doktor Mengabdi Tahun Anggaran 2022.
Acara ini dibuka oleh Prof. Luchman Hakim, S.Si., M.Agr., Ph.D. selaku ketua LPPM. Dalam sambutannya Luchman menyampaikan program ini sebagai upaya konsolidasi dan optimalisasi beberapa aspek yang bisa dilakukan di LPPM. “Pada tahun 2022, UB telah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) yang tentunya mempunyai konsekuensi untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan pemerintah untuk meningkatan kinerja, peran, dan partisipasi dalam menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”, jelasnya.
Ia juga mengingatkan tentang potensi kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat cukup besar, dan saat ini dibutuhkan peran strategis UB dalam konteks kehidupan global dengan menginisiasi program unggulan dalam bidang lingkungan. “UB sebagai PTNBH, diharapkan mempunyai flagship multidisciplinary and integrated research. Melalui program ini, LPPM UB diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut”, ujar dosen Jurusan Biologi ini.
Hadir pula Dr. Suyanto Waspo Tondo Wicaksono, M.Si Kepala BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi untuk memaparkan materi dengan judul “Konsep dan Implementasi Cagar Biosfer Bromo Tengger, Semeru-Arjuno dan Cagar Biosfer Belambangan”.Pria yang akrab disapa Yayan ini menyimbolkan Banyuwangi sebagai The Sunrise of Java. “Banyuwangi yang lebih dulu mendapatkan sinar matahari, beraktifitas lebih awal, memperoleh lebih dulu gagasan-gagasan baru untuk menginspirasi dan memberikan kontribusi dalam konstelasi regional dan nasional”ujarnya. (LPPM)