SURABAYA - Kekerasan seksual menjadi isu yang harus ditanggapi dengan serius oleh Universitas Airlangga. Hal ini sudah dilakukan UNAIR dengan membentuk Pusat Studi Gender dan Inklusi Sosial (PSGIS). Prof Dr Emy Susanti MA, Ketua PSGIS UNAIR, memperkenalkan badan ini kepada mahasiswa baru UNAIR pada Kamis (18/8/2022).
Hal itu ia lakukan dalam gelaran pengukuhan mahasiswa baru program studi sarjana dan vokasi. Prof Emy menjelaskan bahwa PSGIS ada untuk mengawal mahasiswa agar mereka merasa aman dari kekerasan selama berada di kampus.
“Terutama kekerasan berbasis gender, ” tutur Prof Emy.
PSGIS, lanjutnya, ditugasi UNAIR untuk memastikan bahwa seluruh mahasiswa diperlakukan secara setara dan adil, tanpa pandang bulu. “Lelaki dan perempuan, orang yang difabel dan tidak, minoritas dan tidak, itu UNAIR tempatnya. Jadi saudara tidak usah khawatir karena lembaga ini akan mengawal saudara, ” ujar ketua Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak Indonesia (ASGWI) tersebut.
Pengawalan isu gender dilakukan PSGIS melalui berbagai macam cara, seperti menyampaikan kuliah, pelatihan, pengabdian masyarakat, penelitian, dan pelayanan publik. “Kita menyajikan kuliah, menyajikan pelatihan, supaya saudara-saudara (mahasiswa, red) berperilaku yang arahnya jangan melecehkan, tidak setara, dan tidak adil, ” ujar pakar studi gender tersebut.
Kepada mahasiswa baru, ia mengatakan bahwa PSGIS membuka kesempatan bagi mereka yang ingin menjadi relawan. Kegiatan kerelawanan PSGIS melibatkan mahasiswa dari seluruh fakultas.
“Sehingga saudara (mahasiswa, red) bisa berinteraksi sekaligus menyebarluaskan pemahaman dan pengetahuan yang nanti diajari di tempat kami supaya tidak melakukan hal-hal yang tidak mencerminkan budaya akademik, ” jelas Prof Emy.
Prof Emy juga menyebutkan bahwa masih banyak kekerasan yang terjadi. Contohnya adalah catcalling yang masih sering dijumpai di sekitar kita.
“(Kekerasan, red) itu terjadi karena tidak adanya penjelasan dan pendidikan sejak awal. Ini boleh, ini tidak boleh. Saudara bisa belajar itu lewat pusat studi ini, ” terangnya.
Bagi mahasiswa yang mendapat kekerasan, PSGIS UNAIR juga menyiapkan crisis centre sebagai ruang aman mereka. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa sebaiknya tidak hanya menghubungi PSGIS jika menerima kekerasan saja. PSGIS juga terbuka bagi mahasiswa yang ingin belajar mengenai isu-isu gender.
“Jangan sampai saudara baru berhubungan dengan kami kalau ada masalah. Berhubungan dengan kami sebaiknya sedari awal untuk mencari tahu (isu gender, red), ” ucapnya.
Penulis: Ghulam Phasa Pambayung
Editor: Khefti Al Mawalia