Spesialisasi Farmasi Bagi Para Farmasis, Perlukah?

    Spesialisasi Farmasi Bagi Para Farmasis, Perlukah?
    Mohd Syamir Mohamad Shukeri SFarm MCommHealth RPh sedang memaparkan presentasinya. (Foto: SS Zoom)

    SURABAYA - Sebagai salah satu tenaga kesehatan, farmasis memiliki peran untuk mewujudkan nilai SDGs ketiga, yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua orang di segala usia.

    Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, tentunya diperlukan keahlian dan ilmu yang khusus dan tidak sembarangan. Hal itu kemudian dibahas tuntas di webinar SDGs series yang diselenggarakan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR) ketiga pada Sabtu (25/6/2022).

    Webinar SDGs Series dengan tema ‘Evolving the Role of Pharmacist in the Healthcare System to Achieve Sustainable Development Goals (SDGs) itu turut menghadirkan pembicara-pembicara yang ahli pada bidangnya. Termasuk Mohd Syamir Mohamad Shukeri SFarm MCommHealth RPh dari Malaysia. Pada kesempatan itu, ia membawakan materi mengenai pentingnya spesialisasi bagi para farmasis.

    Menurutnya, spesialis adalah suatu jabatan resmi yang menyatakan bahwa seseorang itu telah memiliki keahlian pada bidang tertentu. Sehingga ia diperbolehkan untuk menawarkan layanannya di bidang tersebut. Lebih lanjut, alumni Fakultas Farmasi UNAIR itu mengatakan bahwa hal itu didapatkan bukan melalui program master atau doktor, namun dengan mengikuti pelatihan, pengalaman, dan sertifikasi.

    Spesialisasi bagi farmasis, lanjutnya, dibutuhkan untuk meningkatkan prediktabilitas dan kesuksesan di bidang penemuan dan pengembangan obat. Sama halnya dengan teknologi yang terus berkembang, kasus-kasus kesehatan yang bermunculan pun membutuhkan penyelesaian yang presisi sehingga diperlukan spesialisasi untuk memecahkan permasalahan tersebut.

    Farmasis senior di Institusi Nasional Kanker Malaysia itu  juga mengatakan bahwa spesialisasi berperan penting dalam mewujudkan SDGs tiga, dengan menyediakan akses yang presisi terhadap layanan kesehatan sehingga persentase mortalitas dapat diturunkan.

    “Sekarang ini, menuju SDGs 2030 semua masyarakat di pelosok dunia manapun kita harus menyampaikan akses terhadap obat atau pengobatan kepada mereka, ” ujarnya.

    Selain itu, Syamir juga menuturkan bahwa terdapat banyak keuntungan yang didapatkan dari spesialisasi ini. Misalnya seperti bidang pekerjaan yang menjanjikan dan sangat bernilai. Ia memberi contoh di Malaysia telah terdapat implementasi onkologi yang lebih baik dan teliti kepada masyarakat.

    Mengenai bidang spesialisasinya sendiri, ia menyebutkan banyak pilihan. Mulai dari promosi kesehatan dan apoteker kesehatan masyarakat, farmasis quality control atau quality assurance (QA/QC), apoteker spesialis klinis, pemantauan antibiotik, dan masih banyak yang lainnya. Untuk dapat memilih bidang spesialisasi yang diinginkan, diperlukan pengenalan diri atas minat masing-masing. Kemudian ia juga turut menyebutkan beberapa layanan yang dapat memberikan pengajaran dan sertifikasi atas spesialisasi itu. Seperti United Nations Global Compact yang berfokus pada spesialis farmasis komunitas. (*)

    Penulis: Alfiyya Rahmah

    Editor: Nuri Hermawan

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Penuh Haru, Perwakilan Wisudawan: Masih...

    Artikel Berikutnya

    KKN ITS Kembangkan Ekonomi Lokal Kopi Tosari...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami