SURABAYA - Besarnya dampak pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh penyedia jasa harian esensial karena konsumennya semakin jarang, sehingga pendapatan pun semakin meningkat. Prihatin kondisi tersebut, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sebuah aplikasi bernama Bantu.Ind sebagai wadah penyedia keperluan jasa sehari-hari atau layanan harian dari golongan masyarakat kecil yang ahli dengan bidangnya masing-masing.
Salah satu anggota tim, Nur Muhammad Adi Yahya, menjelaskan bahwa aplikasi ini berangkat dari keahlian esensial masyarakat yang tersia-siakan dengan adanya pandemi. Sehingga aplikasi Bantu dirancang agar mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan menyediakan layanan sehari-hari. “Seperti jasa pijat, cleaning service, home, appliance and electronic repair, repair and treatment kendaraan, beauty, dan plumbing , ” sebutnya, Kamis (7/7/2022).
Kelima Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri tersebut sebelumnya telah meriset dan membuat survei mengenai urgensi aplikasi rancangan mereka ini. Sejauh ini terdapat lebih dari 90 persen dari 78 responden dengan rentang umur 15 - 45 tahun yang menganggap aplikasi dengan konsep seperti Bantu.Ind ini akan bermanfaat.
Meskipun terdapat beberapa aplikasi penyedia jasa sejenis, namun Bantu. Sehingga Bantu.Ind khusus untuk melingkupi jasa sehari-hari dengan mitra yang lengkap. “Dapat dikatakan bahwa kebutuhan sehari-hari yang diperlukan dapat dipesan di Bantu.Ind, ” tutur mahasiswa yang biasa disapa Adi ini.
Berbagai macam fitur yang terdapat pada aplikasi Bantu.Ind, rancangan tim mahasiswa ITS
Lebih lanjut, menurut Adi, karena target pasar aplikasi Bantu.Ind adalah kelompok orang yang senang memesan jasa melalui online , maka Bantu.Ind pun menyediakan lima fitur yang dapat membantu pengguna. Lima fitur tersebut terdiri dari Profile, Booking Online, Categories, Chat , dan Transaction .
Di sisi lain, para mitra sebagai penyedia jasa pun dapat mendaftarkan diri dengan memilih pilihan mitra pada halaman pertama aplikasi setelah menginstal Bantu.Ind. Setelah itu mitra dapat memilih kategori jasa yang disediakan dan mengisi formulir serta persyaratan yang dibutuhkan. Selanjutnya, mitra hanya menunggu jawaban dari aplikasi melalui Whatsapp atau email. “Terakhir, mitra diarahkan tahap wawancara kemudian jika lolos, maka mitra tersebut secara resmi menjadi mitra Bantu.Ind, ” papar Adi lagi.
Dalam hal transaksi antarpengguna dan mitra, pengguna akan lebih dulu melihat tarif yang ditetapkan oleh mitra. Jika dari pihak pengguna ingin mengubah tarif jasa yang ditetapkan, maka pengguna dapat berkreasi dengan mitra tersebut. “Dengan adanya alur ini, diharapkan dapat membuat kesepakatan adil dan menguntungkan pihak kedua, ” imbuhnya.
Tampilan beberapa laman aplikasi Bantu.Ind yang dirancang oleh tim mahasiswa ITS
Adapun arti nama Bantu.Ind, yang jika dipecah terdapat dua kata. Yaitu Bantu yang artinya membantu, dan Ind yang berarti Indonesia. Secara harfiah, aplikasi ini memiliki arti 'Membantu Indonesia'. Hal ini sejalan dengan tujuan perancangan aplikasi, yakni membantu pemasukan masyarakat pekerja Indonesia di masa pandemi.
Adi mengakui, Bantu.Ind masih perlu banyak pengembangan lebih lanjut. Hal ini meliputi aplikasi yang masih tahap prototipe, sehingga perlu adanya simulasi pemrograman agar terbukti dapat bekerja dengan baik. “Kita masih mendalami bagaimana cara mengembangkan Bantu.Ind dalam sisi coding karena kurangnya keahlian tersebut, ” ungkap Adi.
Terakhir, Adi menambahkan bahwa ia bersama rekan-rekannya yakni Bagas Paramarta Rofi', Asyifa Darin Asia, Titus Vanadio, dan Henry Ageng Magrifan mempersiapkan prototipe aplikasi Bantu.Ind ini selama kurang dari dua bulan. Selain itu, melalui inovasi aplikasi Bantu.Ind, team mahasiswa ini pun berhasil mendapatkan gelar Juara 2 dalam International Youth Business Competition 2022 yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA). (HUMAS ITS)
Reporter: Gandhi Kesuma