Do dan Don't untuk Capai Desain Produk yang Baik

    Do dan Don't untuk Capai Desain Produk yang Baik
    Muhammad Asad Al Balad, pembicara pada Creative Class AIChE ITS Mahasiswa Chaper memaparkan salah satu hal yang harus dilakukan dalam mendesain produk yakni memahami pengguna

    SURABAYA -  Proses merancang antarmuka serta pengalaman pengguna menjadi perhatian wajib demi kepuasan pengguna. Untuk mencapai desain produk yang baik, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

    Muhammad Asad Al Balad, Intern UX Designer di Tiket.com diundang sebagai pembicara webinar American Institute of Chemical Engineers Institut Teknologi Sepuluh Nopember (AIChE ITS) Student Chapter. Dalam kesempatan ini, pria yang akrab disapa Asad ini membahas peranan antarmuka pengguna atau user interface (UI) serta pengalaman pengguna atau kerap disebut user experience (UX) dalam suatu pengembangan produk.

    Dalam Kelas Kreatif bertajuk Pengetahuan Dasar UI & UX, Asad menjelaskan bahwa produk dikatakan berhasil jika memenuhi lima tingkat yang disebut sebagai design success ladder . Lima tingkat tersebut fungsional, dapat digunakan, nyaman, menyenangkan, dan bermakna.

    Design Success Ladder yang menjadi tolak ukur kesuksesan suatu produk

    Menurut Asad, produk dapat mencapai tingkat tersebut dilakukan secara bertahap dari bawah. Mulai dari produk fungsional yang berfungsi namun masih sulit digunakan pengguna. produk bermakna yang telah menciptakan perubahan baik bagi kehidupan penggunanya.

    Sehingga untuk mencapai tingkat produk yang bermakna, ungkapkan Asad, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Poin pertama dalam melakukan atau hal yang wajib dilakukan adalah memahami pengguna. “Mendesain tanpa memahami latar, perilaku, motivasi, maupun tujuan mereka (red: pengguna) tidak membawa kita kemana-mana, ” tuturnya, Selasa (12/4/2022).

    Meskipun manusia memiliki beragam watak dan kebiasaan, desainer harus dapat memilah mana saja profil pengguna yang sesuai dengan desain produk. Dari situ, barulah desainer dapat melakukan pemahaman secara mendalam mengenai apa saja kebutuhan, bagaimana kemampuan dan batasan, serta apa nilai pengguna.

    Selanjutnya, Asad menjelaskan,  hal yang kedua adalah membuat skala prioritas dari fitur yang ingin dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan sumber daya desainer dan pengembang. Anggaplah dari dua belas fitur yang diusulkan, desainer dapat memprioritaskan enam fitur utama yang mewakili kebutuhan pengguna. “Kualitas lebih utama daripada kuantitas, ” tegas mahasiswa Departemen Sistem Informasi ini.

    Contoh tampilan website yang memiliki kesalahan desain.

    Asad kemudian menambahkan satu poin terakhir, yakni desainer juga harus memiliki pengalaman serupa terlepas dari perangkat apapun yang dikenakan pengguna . “Misalkan pada situs pemesanan tiket pesawat, pengguna harus merasa familiar dan mendapatkan pengalaman yang sama meskipun ia memesan dari ponsel maupun komputer, ” terangnya.

    Beralih ke hal yang tidak boleh dilakukan, Asad menjabarkan jangan pertama kali yaitu tidak boleh mengisi layar dengan informasi yang tidak relevan. Desainer harus mempertimbangkan informasi sesuai dengan tujuan pengguna, agar bisa fokus dan tidak membuang waktu pengguna secara tepat.

    Selain itu, pada jangan kedua kali, bahwa desainer tidak boleh meletakkan informasi yang menyaingi informasi utama dalam satu layar. Terlalu banyak informasi pada satu layar tak membuat pengguna bingung, namun juga membuat mereka grogi dalam menjelajahi produk.

    Karenanya, seorang desainer harus memperhatikan dan menerapkan hierarki secara visual. Misalnya pada landing page, idealnya terdapat judul, call to action , hero image , dan juga social proof . “Konten diluar itu dapat dieliminasi, ” ungkap mahasiswa yang dua kali berhasil bawa medali dari kompetisi UX Design Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Gemastik) itu ide. (*)

    Reporter: Raisa Zahra Fadila 

    Redaktur: Najla Lailin Nikmah

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Dukung Eco-Tourism, ITS Berikan Pelatihan...

    Artikel Berikutnya

    Presidensi Indonesia G20 sebagai Penengah...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Emas, Mimpi Indah atau Nyata? Saatnya Tiga Kementerian Mulai Kolaborasi!
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!

    Ikuti Kami