KKI SIKIA UNAIR Peringati Isra Mi'raj

    KKI SIKIA UNAIR Peringati Isra Mi'raj
    Habib Ahmad Uwais bin Mahdi Hasan Al Haddar saat memberikan tausiah. (Dok : Istimewa)

    BANYUWANGI - Memperingati Isra Mi'raj 1443 H  yang jatuh pada tanggal 28 pebruari 2022, Komikat Kerohanian Islam (KKI) Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SKIA) Universitas Airlangga menggelar pengajian. Acara yang merupakan bentuk kolaborasi antara KKI dengan Remaja Masjid (Remas) tersebut dilaksanakan secara hybrid di Masjid Agung Baiturrahman Kabupaten Banyuwangi.

    Dalam sambutannya, ketua acara Anggun Cahyaningsih, Rabu (2/3/2022) menyampaikan bahwa ini kali kedua KKI bersama Remas Baiturrahman menyelenggarakan peringatan Isra Mi'raj. Ia berharap hubungan baik antar keduanya bisa terus berlanjut sehingga bisa terus bekerja sama dalam rangka syiar agama Islam di era modernisasi yang mendisrupsi banyak hal.

    “Karena syiar ajaran Islam menjadi hal penting guna menjaga identitas generasi muslim milenial di tengah era disrupsi dan momen isra mi'raj ini saya harap bisa menjadi momentum untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, ” harapnya.

    Mengusung tema Mentalitas Menghadapi Percepatan Zaman, acara tersebut mengundang Habib Ahmad Uwais bin Mahdi Hasan Al Haddar untuk memberikan tausiah. Habib Ahmad mengapresiasi KKI dan remas Baiturrahman karena telah menyelenggarakan isra mikraj. Pihaknya bangga lantaran di tengah gempuran budaya asing kepada generasi muda, masih terdapat remaja yang peduli terhadap syiar agama Islam.

    “Semoga langkah kita bersama ini bisa terus digalakkan dan mampu menjadi penopang umat Islam di muka bumi khususnya di Indonesia, ” tuturnya.

    Berkaitan dengan momen isra mikraj, Habib Ahmad menjelaskan bahwa isra mikraj merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Isra mikraj menjadi ujian keimanan bagi para pengikut Nabi Muhammad SAW di periode awal Islam. “Ada banyak pengikut nabi yang telah memeluk Islam kemudian murtad setelah mendengarkan kisah dari isra mikraj, ” terangnya.

    Hal tersebut terjadi karena perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW tersebut dianggap tidak logis dan rasional. Bagaimana tidak, dengan teknologi transportasi pada zaman itu, Nabi Muhammad mampu menempuh perjalanan pergi dan pulang dari Masjidil Haram yang terletak di Kota Makkah ke Masjidil Aqsa yang berada di Palestina hanya dalam satu malam. Oleh karenanya, para pemimpin Quraish dan masyarakat Arab waktu itu menampik kebenaran Isra dan Mi’raj yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.

    “Hal itu dapat dipahami lantaran jarak antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa sekitar 1500 km, yang dengan teknologi pada masa itu memerlukan masa perjalanan sekitar 40 hari lamanya, ” ujar Habib Ahmad.

    Oleh karena itu, sambungnya, peristiwa isra mikraj merupakan peristiwa penting karena di samping turunnya perintah salat juga menjadi ujian bagi umat Islam untuk mengimani Nabi Muhammad dan kebesaran Allah.

    “Sehingga melalui ujian ini dapat menjadikan umat Islam menjadi umat yang teguh, tidak mudah goyah imannya, dan mari kita jadikan momen ini sebagai ajang kita untuk semakin meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah SWT, ” ungkapnya. (*)

    Penulis : Ivan Syahrial Abidin

    Editor : Binti Q. Masruroh

    BANYUWANGI
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Datangkan Berbagai Ahli Hukum, FH UNAIR...

    Artikel Berikutnya

    Aktif Menulis Sejak Mahasiswa, Gubes FISIP...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami