Psikiater RSUA Bagikan Tips Hadapi Gangguan Panik

    Psikiater RSUA Bagikan Tips Hadapi Gangguan Panik

    SURABAYA - Gangguan panik masih sering dianggap remeh oleh banyak orang. Padahal, gangguan panik dapat menimbulkan efek yang cukup serius bagi penderitanya. Menanggapi hal itu, Rumah Sakit Universitas Airlangga dengan kreatif membagikan tips menghadapi gangguan panik melalui siaran langsung Instagram bersama psikiater dr Brihastami Sawitri SpKJ pada Minggu (6/3/2022).

    Risiko Gangguan Panik

    Gangguan panik merupakan gejala psikologis yang ditandai dengan serangan cemas yang berat. Gangguan ini datang tiba-tiba dengan gejala penyerta berupa gejala fisik meliputi jantung berdebar, keringat dingin, denyut nadi dan jantung menjadi cepat, kebas atau kesemutan, serta wajah memerah.

    Sawitri menjelaskan ada tiga faktor yang dapat memicu gangguan panik pada seseorang. Pertama, faktor organobiologik atau faktor genetik. Kedua, faktor psiko edukatif, yaitu faktor-faktor psikologik dan pembelajaran yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Terakhir, faktor sosio kultural, contohnya perceraian atau perpisahan.

    Sawitri juga menuturkan terkait risiko apabila gangguan panik tidak segera ditangani. Beberapa hal di antaranya yaitu dapat menurunkan kualitas hidup, meningkatkan mortalitas, produktivitas menurun, hubungan keluarga dan sosial hilang, serta meningkatkan biaya kesehatan.

    Menghadapi Gangguan Panik

    Sawitri memaparkan beberapa tips penting yang harus dilakukan ketika seseorang mengalami gangguan panik. Pertama, berani berbicara dengan orang terdekat seperti keluarga dan sahabat. Kemudian, pergi ke dokter untuk memastikan kondisi lebih lanjut. Terakhir, berpikir positif dan memiliki motivasi tinggi untuk sembuh.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa gangguan panik erat kaitannya dengan pikiran. Oleh karenanya, setiap individu harus memiliki kemampuan untuk mengontrol pikirannya supaya terhindar dari pikiran cemas.

    “Kita harus fokus terhadap pikiran-pikiran yang dapat membawa ketenangan, seperti melihat sesuatu dari sudut pandang luas, fokus terhadap hal yang dapat dikendalikan, penerimaan, percaya diri, dan hal-hal positif lainnya, ” ungkapnya. (*)

    Penulis: Rafli Noer Khairam

    Editor: Binti Q. Masruroh

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Gandeng IGES, ITS Memperbesar Kontribusi...

    Artikel Berikutnya

    Bappenas Apresiasi SDGs Center UNAIR

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami