SURABAYA - “Sesungguhnya jabatan tertinggi di bidang akademik untuk mencapai guru besar bukanlah akhir dari perjuangan mengembangan ilmu pengetahuan, ” ucap Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) mengawali sambutannya pada pengukuhan empat guru besar baru Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (16/03/2022).
Prof Nasih menyampaikan, dengan diperolehnya jabatan guru besar, proses pengetahuan barulah dimulai secara lebih signifikan. Hal itu dikarenakan otoritas keilmuan kini telah diemban di pundak para guru besar mulai dari pengembangan, penafsiran data, analisis dan memberikan berbagai macam solusi.
“Guru besar adalah awal dari pengembangan ilmu pengetahuan untuk dapat berkontribusi lebih signifikan dalam memuliakan kehidupan baik lokal, regional, nasional, maupun global, ” tandasnya.
Salah satu tugas dan amanah menjadi guru besar adalah ikut serta berkontribusi memecahkan persoalan kemanusiaan berdasarkan pendekatan ilmiah, obyektif dengan analisis yang harus dilakukan secara logis. “Jangan sampai ada guru besar yang tidak memiliki kontribusi dalam memecahkan persoalan bangsa, ” ungkapnya.
“UNAIR berkomitmen untuk terus mendorong adanya penelitian-penelitian lanjutan. Sehingga penelitian ini bisa kita hilirisasi dan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau, ” pesannya.
Melalui orasi ilmiah dari keempat guru besar baru, Prof Nasih melihat bagaimana para guru besar di UNAIR sejatinya terus memberikan solusi atas persoalan bangsa melalui keahlian dan bidang ilmu masing-masing.
Guru Besar Ilmu Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR, Prof Dr I Gusti Aju Wahju Ardani drg M Kes Sp Ort (K) dalam orasinya mendorong penerapan teknologi khususnya artificial intelligence (AI) dalam bidang Ortodonti dan Dentofasial Ortopedi. Bidang ini merupakan bidang khusus ilmu kedokteran gigi yang mempelajari kelainan pertumbuhkembangan gigi-geligi dan wajah yang disebut dengan istilah dentofasial.
Sementara itu, Guru Besar Bidang Ilmu Kemajiran Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR Prof Dr Budi Utomo drh MSi menyampaikan orasi ilmiahnya Peningkatan Akurasi Pemilihan Bibit Unggul pada Ternak Sapi Potong Madura dengan Metode PCR-RFLP.
Menurutnya, sapi madura merupakan salah satu jenis sapi lokal Indonesia yang memiliki karakter hampir sama dengan sapi Bali. Hanya saja ukuran tubuh dan tanduknya lebih kecil.
Selain itu, Guru Besar Bidang Ilmu Farmasetika Fakultas Farmasi UNAIR, Prof Tristiana Erawati Munandar Dra M Sc Apt menyampaikan orasinya tentang Sistem Penghantaran Nanoteknologi untuk Obat dan Kosmetika.
Prof Tristiana memaparkan bahwa sistem penghantaran merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan terapi. Tidak ayal sistem penghantaran terus dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan menghantarkan bahan aktif farmasi agar lebih efisien dan efektif. ‘Ia menawarkan sistem penghantaran Nanostructured Lipid Carriers (NLC) yang menggabungkan antara lipid cair dan lipid padat.
Terakhir, Guru Besar Bidang Ilmu Hukum Internasional Fakultas Hukum UNAIR, Prof. Koesrianti, Ph.D mengulas respon regional ASEAN untuk memicu pemulihan ekonomi wilayah tersebut pasca diterpa pandemi. Koesrianti menceritakan bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak yang unprecedented, mengingat ia adalah kombinasi antara krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Oleh karena itu, pemulihan ekonomi dirundung ketidakpastian keberhasilannya.
“Akibat globalisasi dan interdependensi, perekonomian ASEAN menjadi terintegrasi dengan perekonomian global. Oleh karena itu, ASEAN juga amat terdampak dengan pandemi Covid-19. Oleh karena itu, ASEAN menetapkan tiga tahapan pemulihan ekonomi akibat pandemi untuk negara anggotanya, yakni: re-opening, recovery, dan resilience, ” ujar lektor FH UNAIR itu. (*)