SURABAYA - Telah menjadi isu lama, bahwa China akan mengambil alih Taiwan dan Hongkong. Sebelumnya, sejumlah ahli telah memprediksi kapan China akan melancarkan serangannya terhadap dua negara tersebut.
Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) I Gede Wahyu Wicaksana SIP MSi PhD memiliki pendapat lain terkait isu tersebut. China, menurutnya, tidak akan benar-benar memulai perang.
“Karena, China juga berkaca dari Rusia. Di mana Rusia kini tengah mendapat sanksi dari berbagai pihak yang kemudian berdampak pada banyak hal di sana. Salah satunya ekonomi, ” tuturnya.
Wahyu menambahkan, China telah menghitung berbagai risiko yang akan mereka terima jika tetap menyerang Taiwan dan Hongkong. “Mereka berpikir bahwa kurang lebih dampaknya sama dengan Rusia. Bahkan bisa berkali-kali lipat, ” imbuhnya.
Risiko lain bagi China adalah ketika berhadapan dengan Amerika Serikat secara militer. “Itu hal lain yang harus mereka pertimbangkan. Karena itu, saya kira China tidak bisa gegabah ketika hendak mengambil alih Taiwan dan Hongkong melalui peperangan, ” katanya.
Hingga saat ini, ahli masyarakat budaya Politik Rusia, Eropa Timur, dan Asia Tengah itu menyebut China belum melakukan tindakan apapun. “Karena, mereka benar-benar berkaca dengan kejadian di Rusia, ” tegasnya.
Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) I Gede Wahyu Wicaksana SIP MSi PhD. (Foto: Dok Pribadi).
Taiwan Tetap Bersiap Diri
Meski belum ada pergerakan dari China, Taiwan tetap bersiap untuk berperang. Namun, persiapan itu tidak dilakukan secara khusus untuk menghadapi serangan China. Itu menjadi hal yang lumrah, negara lain juga melakukannya.
“Taiwan mempersiapkan diri bukan berarti akan menghadapi perang secara fisik. Semua negara pasti juga punya persiapannya sendiri-sendiri. Hal itu berguna jika sewaktu-waktu ada perang, maka mereka sudah siap, ” ujarnya.
Menurut Wahyu, persiapan Taiwan juga sama dengan Ukraina. Mereka telah mempersiapkan diri untuk menghadapi perang, jauh sebelum Rusia benar-benar menyerang mereka. Seperti juga Indonesia yang memperkuat Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia (Alutsista) sebagai persiapan diri.
“Persiapan perang bagi setiap negara merupakan hal yang penting. Terlebih, bagi negara yang berhadapan dengan bangsa-bangsa agresif, ” katanya.
Penulis: Fauzia Gadis Widyanti
Editor: Feri Fenoria