Startup Universitas Brawijaya Masuk Forbes 30 under 30 

    Startup Universitas Brawijaya Masuk Forbes 30 under 30 
    Kiri ke kanan: Tubagus Syailendra dan Ashab Alkahfi. Dokumentasi Forbes

    Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan startup agriculture bagi Peternak Ayam bernama “Chickin” yang telah diunduh ribuan peternak ayam di Indonesia. Melalui IoT & AI Chickin dapat meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 persen lebih tinggi.

    Menurut salah satu peternak Yudi, Chickin Apps sangat membantu dalam pengelolaan/manajemen pemeliharaan.

    “Apabila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan, mortalitas bisa ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi, ” kata Yudi yang juga merupakan anggota komunitas peternak.

    Chickin Indonesia (Chickin) dibangun oleh Ashab Alkahfi (Agroekoteknologi FP) sebagai President, Tubagus Syailendra (Hubungan Internasional FISIP) sebagai CEO, dan Ahmad Syaifullah (Sistem Informasi FILKOM) sebagai Chief Technology Officer.

    Proyek pembuatan startup tersebut telah dimulai sejak mereka duduk di bangku kuliah pada semester dua.

    “Awal kami riset dan development di daerah Klaten Jawa Tengah. Di sana kita jadi peternak, lalu membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. Dari situ kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi, ” kata Ashab, rabu (16/3/2022).

    Ashab menambahkan melalui Chickin, peternak tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual.

    “Peternak ayam bisa melakukan climate control dari rumah. Dengan teknologi ini, peternak bisa memasukkan data seperti sarana produksi peternak atau sapronak, data harian, dan data penjualan, sehingga performa lebih terukur dan dapat meminimalisir resiko melalu tindakan preventif”, katanya.

    Beberapa fitur yang ada pada Chickin Apps, yaitu kelola kandang, kelola data kandang, dan konfigurasi IoT yang bisa disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu dan kelembaban bahkan umur ayam.

    Saat ini, selain dengan 14 rumah potong, Chickin juga bermitra dengan 100 industri makanan untuk sebagai penyuplai daging ayam.

    Ashab berharap nantinya Chickin bisa memberikan impact yang lebih banyak bagi peternak.

    Teknologi modernisasi peternakan yang kita kembangkan secara gratis tersebut merupakan binaan Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DI2B) Universitas Brawijaya.

    Saat ini Chickin mencatat pertumbuhan bisnis 22x dalam 10 bulan terakhir dan juga telah menutup putaran pendanaan seed round sebesar Rp35 milyar dengan 3 investor global. Mereka menargetkan peningkatan omset sebesar Rp500 milyar di akhir tahun 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya. (OKY/Humas UB/Jon).

    KOTA MALANG
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Polemik ODOL, Pakar Kebijakan Publik UNAIR...

    Artikel Berikutnya

    Owner PT. Kembang Joyo Sriwijaya Raih Gelar...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami