SURABAYA, - Meraih pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendibud Ristek RI) dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bukan hal yang mudah. Namun empat mahasiswa Fakultas Psikologi UNAIR berhasil menjadi salah satu dari tim UNAIR yang lolos seleksi dan mendapatkan pendanaan PKM. A’ida Fayza Fitrianetha, Dhita Adsa Adani, Mujahidah Syakhsiyyatul Karimah, dan Abyan Aldedarma R mendapatkan pendanaan PKM melalui PKM-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) berjudul KSATRIA: Pemberdayaan Remaja Aktif, Inovatif dan Solutif, Program Peningkatan Keahlian Remaja Melalui Pelatihan Berbasis Sosial Masyarakat.
“Target mitra kami yakni para remaja aktif di Desa Gampang, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo. Lokasi tersebut kami pilih, lantaran salah satu anggota yang bertempat tinggal di sana. Berbekal hal itu, maka kami yakin akan mengetahui kondisi masyarakat setempat dengan benar dan dapat memberikan solusi terbaik, ” tutur Fayza, Selasa (9/8/2022).
Kondisi Masyarakat
Jumlah remaja di desa tersebut relatif banyak. Namun mereka menyayangkan terkait kurang diberdayakannya remaja setempat. Padahal para remaja tersebut sangat memiliki potensi untuk maju dengan didukung oleh potensi mata pencaharian warga yang mendukung.
“Mayoritas warga di sana berprofesi sebagai pedagang. Setelah kami lakukan survei lebih lanjut, kami mendapatkan hasil bahwa sebesar 60% dari total 65 responden mengatakan memerlukan pelatihan kewirausahaan, ” ungkap Fayza.
Remaja merupakan kelompok paling potensial untuk mendapatkan pembinaan. Biasanya para remaja akan cepat dalam menerima ilmu dan menerapkannya. Sehingga melalui pelatihan kewirausahaan, empat mahasiswa angkatan 2021 itu berharap agar dapat meningkatkan taraf perekonomian setempat.
Bentuk Pelatihan
Para remaja mendapatkan materi pelatihan berupa dasar-dasar berwirausaha. Fayza dan teman-temannya juga mengajarkan tentang cara pengelolaan usaha termasuk cara menemukan produk sesuai minat pasar, perputaran modal, hingga pemasaran.
Selain itu pelatihan yang mereka terapkan juga berinovasi melalui basis sosial-masyarakat. Artinya selain pemberian materi, para remaja juga akan langsung menerapkan ilmu yang telah mereka dapatkan kepada masyarakat setempat.
“Jadi kami juga membuat inovasi berbasis sosial-masyarakat. Dimana mitra langsung “terjun” ke masyarakat yang dalam hal ini yakni membantu para pedagang di sana. Hal ini bermanfaat bagi mereka agar mengetahui dengan baik bagaimana medan usaha yang sebenarnya, ” terang Fayza.
Melalui pelatihan dan inovasi tersebut, Fayza dan ketiga anggota lain berharap agar para remaja dapat saling bekerja sama dan bersinergi dengan warga setempat untuk memajukan perkonomian desa. “Ke depannya juga kami akan mendampingi mereka secara berkala guna memastikan optimalisasi tujuan program yakni meningkatnya taraf ekonomi warga, ” jelas Fayza. (*)