JEMBER - Indonesia merupakan salah satu negara dengan triple ganda permasalahan gizi. Stunting merupakan salah satu penyakit akibat kurangnya gizi kronis dan stimulasi psikososial yang berakibat pada minimnya postur tubuh seorang anak. Mengenai hal tersebut, KKN BBM 66 Kelompok Kertonegoro Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember menggelar sosialisasi stunting pada warga desa.
Hasil survey menunjukkan, minimnya warga desa yang kurang memanfaatkan gizi berlebih merupakan prilaku yang kerap dijadikan budaya. Oleh karenanya, tidak sedikit balita dengan postur tubuh tidak normal sesuai umur yang dimiliki.
Carla Fitriana Sukma selaku penanggungjawab kegiatan menyebutkan,
Kegiatan diawali dengan sosialisasi menyeluruh terkait kebutuhan warga untuk masalah stunting. Kemudian, dilanjut dengan cek kesehatan gratis kepada seluruh warga. Acara tersebut digelar pada Rabu (27/7/2022) dengan menghadirkan Faradila Budi Saputri dr selaku dokter umum Rumah Sakit Jember. Dalam acaranya terlihat antusias warga melonjak tinggi. Pasalnya, beberapa poin yang dibahas dirasa relate dengan kehidupan masyarakat Desa Kertonegoro.
Faradila menjelaskan, stunting merupakan keadaan dimana balita memiliki panjang atau tinggi yang lebih dari minus dua standar deviasi median sesuai standar pertumbuhan anak menurut WHO. Saat ini, sekitar 8jt anak Indonesia mengalami petumbuhan tidak maksimal, dan satu dari tiga anak tersebut tengah mengalami stunting.
“Calon ibu stunting berpotensi melahirkan bayi stunting, termasuk calon ibu KEK yang tidak mengubah pola makannya ketika hamil, ” ujarnya.
Begitu juga faktor sosial budaya yang diturunkan antar generasi, seperti kemiskinan, kurangnya akses kebutuhan dasar, ketidakmampuan menyediakan pangan bergizi bagi keluarga, serta kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Hal tersebut membuat masalah stunting sulit diintervensi dan terus berlanjut.
Faradila menyebutkan, tantangan utama dalam perubahan perilaku untuk pencegahan stunting ini terletak pada pola konsumsi anak. Pola konsumsi pencegahan stunting terletak pada perilaku konsumsi kurang gizi makro, protein hewani, sayur dan buah, serta 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan).
1.000 HPK ini merupakan salah satu faktor terpenting pada petumbuhan anak. Pasalnya, periode ini adalah periode pertumbuhan otak yang sangat pesat dengan mendukung seluruh proses pertumbuhan secara sempurna. Dalam hal ini, kekurangan gizi pada periode tersebut tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya.
“1.000 HPK terhitung sejak anak dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Waktu tersebut merupakan periode emas dengan proses terserapnya nutrisi yang sangat penting, ” jelasnya.
Oleh karenanya, lanjut Faradila, calon ibu harus mengkonsumsi makanan kaya nutrisi ketika mengandung calon buah hati. Begitupula ketika buah hati lahir, konsumsi ASI dan makanan pengganti ASI harus difokuskan dengan benar.
“Periode inilah waktu terbaik diberikannya nutrisi berupa IMD, ASI eksklusif, MP-ASI, imunisasi, serta pemberian vitamin A, ” ungkapnya mengakhiri. (*)
Penulis : Azka Fauziya
Editor : Binti Q. Masruroh