HMKH SIKIA UNAIR Adakan Summer Course Gandeng 15 Negara

    HMKH SIKIA UNAIR Adakan Summer Course Gandeng 15 Negara
    Penyelenggaraan cultural event sebagai salah satu rangkaian kegiatan fieldtrip Airlangga Veterinary Forensics Summer Course pada Minggu (4/9/2022). (Foto: Afan Alfayad)

    BANYUWANGI - Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HMKH) Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan four short course dan one fieldtrip di Taman Nasional Baluran, Kabupaten Banyuwangi. Program itu menjadi upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan forensik mahasiswa kedokteran hewan bersama narasumber ahli.

    Program bertajuk Airlangga Veterinary Forensics Summer Course (AVFSC) itu berlangsung sepanjang bulan Agustus dan September. Dalam pelaksanaannya, AVFSC didanai oleh Airlangga Global Engagement (AGE) UNAIR dan diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai negara. Seperti Indonesia, Malaysia, Filiphina, Yaman, Mali, Pakistan, Palestina, Italia, Korea, Kolombia, Kirgizstan, United States, Ghana, China, dan Turkmenistan.

    Wakil Ketua HMKH SIKIA Marcella Jessica Hartomoro menyebut, program AVFSC berkolaborasi dengan berbagai pihak. Seperti Taman Nasional Baluran dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

    Telusuri Jejak Satwa Liar

    Mahasiswa asal Banyuwangi itu mengungkapkan, program AVFSC fokus membahas forensik veteriner satwa liar. “Setelah mengikuti program ini, peserta diharapkan mampu mengetahui cara menelusuri jejak di lapangan, mengetahui tindakan yang harus dilakukan saat satwa liar mati, dan mengklasifikasikan penyebab kematian satwa liar dengan baik, ” ucap Marcella, Rabu (7/9/2022).

    Penyelenggaraan salah satu dari four short course Airlangga Veterinary Forensics Summer Course pada Minggu (28/8/2022). (Foto: Afan Alfayad)

    Program AVFSC diselenggarakan secara online dengan penyampaian materi dan sesi tanya jawab. Kemudian, dilanjutkan secara offline dan menghadirkan sebanyak 15 delegasi dari masing-masing negara. Mereka melakukan observasi, konservasi, dan identifikasi penyebab kematian bangkai satwa di Taman Nasional Baluran, Kabupaten Banyuwangi.

    Marcella menyebutkan, program internasional tersebut memiliki keunggulan yaitu fieldtrip. Tujuannya melakukan penelusuran jejak satwa dan bangkainya di Taman Nasional Baluran. Selain itu, peserta diajak budaya asli Kabupaten Banyuwangi yakni tari gandrung. (*)

    Penulis: Afan Alfayad

    Editor: Binti Q. Masruroh

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Aksi Unjuk Rasa Penolakan Kenaikan BBM di...

    Artikel Berikutnya

    KKN ITS Kembangkan Ekonomi Lokal Kopi Tosari...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami