Mengenal Egg Freezing, Berikut Penjelasannya

    Mengenal Egg Freezing, Berikut Penjelasannya
    dr Jimmy Yanuar Annas SpOG(K) (Submer foto: Web RSIA Kandangsari Surabaya)

    SURABAYA - Teknologi kesehatan terus berkembang. Selain aplikasi kesehatan, berbagai teknologi di bidang kesehatan juga lahir untuk mempermudah pasien. Salah satunya adalah pada bidang obstetri dan gynecology (OBGYN). Baru-baru ini, aktris Luna Maya menjadi sorotan karena mengaku telah melakukan pembekuan sel telur (egg freezing) atau dalam istilah medis dikenal dengan mature oocyte cryopreservation.

    dr Jimmy Yanuar Annas SpOG(K) kepada media, Jum'at (18/3/2022), menyebut bahwa egg freezing adalah proses pembekuan sel telur, dimana dalam metode ini sel telur wanita diambil dari ovarium, selanjutnya dibekukan saat tidak dibuahi dan disimpan untuk digunakan ketika wanita tersebut telah siap untuk memiliki anak.

    Ketika seseorang tersebut telah siap, sambungnya, maka proses akan dilanjutkan dengan fertilisasi in vitro atau bayi tabung. Yakni sel telur dibuahi dan kemudian ditanamkan pada rahim wanita tersebut.

    “Sebenarnya tujuan dari egg freezing ini bermacam-macam. Utamanya dibagi menjadi dua yaitu dari indikasi medis dan indikasi sosial, ” ujar staff pengajar Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi FK UNAIR itu.

    Indikasi medis, lanjutnya, dapat berupa adanya keganasan (kanker) pada sel di bagian organ reproduksi wanita, utamanya pada ovarium. “Pada stadium tertentu masih dapat dilakukan kriopreservasi kesuburan, ” ungkapnya.

    dr Jimmy menekankan bahwa kriopreservasi yang dilakukan saat program egg freezing oleh wanita bukan tanpa resiko. Beberapa terapi kanker, tandasnya, seperti kemoterapi, radiografi dapat memicu terjadinya menopause.

    “Selain kanker ganas, penanganan yang dapat menurunkan jumlah sel telur juga menjadi pilihan untuk egg freezing adalah wanita yang mengidap endometriosis, ” jelas dr Jimmy.  

    Lebih lanjut, dr Jimmy menuturkan bahwa indikasi medis berikutnya adalah kelainan bawaan atau kongenital. Namun hal tersebut, tandasnya, juga masih menjadi kontroversi di dunia medis. Sebab masih ada indikasi kelainan kromosom, yang mana jika tetap dilakukan kriopreservasi sel telur, angka keberhasilan untuk hamil sangat rendah.

    “Untuk indikasi sosial bisa dari kesibukan wanita yang sangat padat, sehingga belum sempat menikah di usia produktif. Namun masih tetap ingin memiliki keturunan nantinya, ” papar dr Jimmy.

    Selain itu, tambahnya, perlu diingat bahwa proses egg freeing  ideal adalah sebelum usia  40 tahun atau bahkan sebelum 35 tahun. Alasannya adalah pada rentang usia tersebut sel telur masih sehat.

    Dengan perkembangan teknologi bidang reproduksi, dr Jimmy  berharap masyarakat  harus lebih kritis menyikapi masalah kesehatan, utamanya adalah hal egg freezing. “Masyarakat yang ingin melakukan egg freezing harus memikirkan secara matang dan harus rutin berkonsultasi dengan dokter, ” pungkasnya. (*)

    Penulis : Muhammad suryadiningrat

    Editor : Nuri Hermawan

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Nutrifood Ajak Mahasiswa Pandai Mengelola...

    Artikel Berikutnya

    Jelang PKM, Garuda Sakti SIKIA UNAIR Gelar...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!
    Hidayat Kampai : Menelusuri Dunia Kecerdasan Buatan untuk Menyusun Karya Ilmiah

    Ikuti Kami