SURABAYA — Sebagai tujuan pembangunan global yang telah disepakati oleh banyak negara, penting bagi kita turut mengenal kiprah negara tetangga dalam mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk berkaca terkait pelaksanaannya di Indonesia. Seperti halnya bahasan yang dibawa oleh Direktorat Kemitraan Global (DKG) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama dosen University of Batangas, Filipina.
Lanifel Cortez Manalo menjelaskan bahwa pemerintah Filipina memiliki Executive Order No. 27 yang berisikan perintah kepada pemerintah daerahnya untuk mengimplementasikan Philippine Development Program (PDP) 2017-2022. Terdapat tiga aspek yang ingin dicapai dalam PDP, yaitu malasakit (keprihatinan), pagbabago (pembaruan), dan patuloy na pag-unlad (progres yang berkelanjutan). “Tujuan utamanya adalah agar masyarakat memiliki kehidupan yang menetap, nyaman, dan terjamin, ” ungkapnya.
Mendukung hal tersebut, terdapat beberapa program yang digalakkan oleh pemerintah pusat serta pemerintah daerah di Filipina untuk menggapai SDGs. Pertama, Community-Based Monitoring System (CBMS) yang merupakan program pengumpulan data oleh pemerintah daerah untuk kemudian disajikan sebagai grafik dan peta. Data yang dikumpulkan berupa kesehatan, kemiskinan, nutrisi, ketersediaan air, edukasi, serta penghasilan.
Lanifel melanjutkan, CBMS ini akan sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk merencanakan berbagai program dan aktivitas yang akan mendukung partisipasi dari masyarakat sekitar dalam prosesnya. Seperti halnya, peraturan di kota San Pascual Batangas yang dikeluarkan untuk memberikan beasiswa kepada golongan yang tertinggal dalam aspek pendidikan. “Orang-orang tersebut misalnya single parent atau anak yang drop out, ” jelas dosen yang berbasis di Batangas, Filipina ini, Senin (28/3/2022).
Lanifel Cortez Manalo (kiri atas) berdiskusi dengan peserta Guest Lecture Series (GSL) terkait usaha Filipina dalam mencapai SDGs
Kedua, Pantawid Pamilyang Pilipino Program (4P) yang merupakan program pemberian bantuan sosial kepada keluarga yang sangat miskin dan memiliki anak di antara umur 0 - 18 tahun. Terdapat dua tipe bantuan, yakni bantuan kesehatan berupa 500 peso setiap bulannya dan bantuan edukasi berupa 300 peso untuk setiap anak per bulan selama sepuluh bulan dalam satu tahun. “Dalam program ini, maksimal hanya tiga anak per keluarga yang bisa mendapatkan bantuan, ” tambah Lanifel.
Lanifel turut menyebutkan bahwa program tersebut dilakukan untuk mendukung perkembangan edukasi serta ekonomi nasional. Dengan memastikan bahwa tidak ada masyarakat yang tertinggal, tentu rencana besar yang dimiliki negara mereka akan bisa tercapai dengan mudah. “Sehingga kita akan memastikan bahwa ketidaksetaraan bisa diminimalisir untuk mencapai SDGs, ” harapnya.
Selain mendukung DPD 2017-2022 dan SDGs, program ini diterapkan untuk mendukung AmBISYON 2040 dengan harapan masyarakat Filipina akan memiliki kesehatan dan ekspektasi hidup panjang, cerdas dan inovatif, serta tinggal di lingkungan dengan kepercayaan tinggi. Bagi negara Mutiara dari Laut Orien ini, mencapai SDGs akan membangun jalan untuk terpenuhinya AmBISYON 2040. “Inilah tujuan jangka panjang dari negara kami, ” pungkas lulusan ilmu politik ini dalam gelaran Guest Lecture Series. (*)
Reporter: Muhammad Miftah Fakhrizal
Redaktur: Astri Nawwar Kusumaningtyas