SURABAYA, - Likupang Tourism Festival 2022 secara resmi dibuka oleh Menparekraf pada akhir Juli lalu, mendapat sorotan banyak publik. Novianto Edi Suharno SST PAR MS, pakar pariwisata UNAIR menilai event yang diselenggarakan di tengah era baru ini sebagai tanda bahwa Indonesia telah mampu menggeliatkan kembali sektor pariwisata.
“Pemilihan tiga pantai berbeda dengan bentangan yang bagus dan didukung dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas di tepinya itu menjadi salah satu dorongan bagi orang asing, ” ujarnya, Senin (8/8/2022).
Pemantik Inovasi bagi Sektor Pariwisata Lain
Anto menambahkan bahwa keberhasilan Likupang Tourism Festival dapat menimbulkan kepekaan bagi masyarakat lain untuk turut mengembangkan potensi pariwisata di daerahnya. Hal ini akan mendorong kuantitas pertumbuhan sektor pariwisata, khususnya di Indonesia bagian timur.
“Event ini (Likupang Tourism Festival, red) menjadi pemicu bagi daerah lain untuk bisa membuat event sejenis dengan tema yang berbeda. Nah, kemudian bisa dipikirkan ingin mengembangkannya di bidang mana, ” ungkapnya.
Potensial dari Segi Konservasi Alam
Salah satu kegiatan yang ditawarkan dalam Likupang Tourism Festival adalah penanaman tumbuhan mangrove di pesisir pantai. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Anto menuturkan bahwa penyebabnya adalah naluri alamiah dari pengunjung yang akan lebih senang bila bukan hanya menonton, tetapi juga terlibat menjadi bagian dari kegiatan tersebut.
Peluang Kesejahteraan UMKM
Karena dalam Likupang Tourism Festival dijual kuliner lokal dan souvenir khas Minahasa, Anto membeberkan bahwa tentunya perekonomian UMKM juga akan terdongkrak. Menurutnya, peran influencer akan sangat dibutuhkan sebagai ajang promosi kepada publik yang ingin ikut mengetahui dan merasakan event tersebut.
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Tidak selalu perihal ekonomi, Anto menyebut bahwa ada beberapa aspek yang juga menjadi dampak dari Likupang Tourism Festival, seperti peningkatan kemampuan masyarakat dan kesadaran terhadap lingkungan.
“Masyarakat sekitar sana sekarang sudah mulai belajar menggunakan bahasa Internasional, sekalipun hanya bahasa sehari-hari. Selain itu, tentang membuang sampah di lingkungan juga sudah dibiasakan dan mereka akan terbiasa nantinya, ” papar Anto. (*)