KOTA MALANG - Akses permodalan bukanlah sesuatu yang paling penting untuk dimiliki seorang pengusaha, melainkan mindset atau pola pikir. Dengan mindset yang benar, akan mendorong seseorang untuk mau terus belajar sehingga bisa menjadi SDM yang berkualitas, berani untuk mengeksekusi ide bisnis, tidak mudah menyerah, dan mau belajar dari kegagalan. Jika mindset tersebut sudah dimiliki oleh pengusaha, maka akses permodalan akan bisa didapatkan dengan mudah.
Demikian disampaikan Presiden Direktur Asiavesta Strategic Investment Ahmad Sadat, M.BA pada acara Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan Tingkat Nasional 2022. Acara yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) bekerjasama dengan Direktorat Kemahasiswaan UB ini digelar secara daring selama dua hari, Kamis-Jumat, tuturnya Sabtu (09/04/2022).
Ahmad Sadat menambahkan, terdapat lima tahapan pengusaha. Level pertama: Bootstraps, merupakan tahap awal pengusaha mengeksekusi ide dengan modal yang tidak terlalu besar. Level kedua yakni Stable, biasanya usaha sudah berjalan 5-10 tahun dengan cashflow yang sudah stabil.
“Banyak pengusaha berhenti di level dua karena merasa sudah cukup. Atau malah membuka bisnis lain, tetapi levelnya sama-sama UKM. Kelemahan di level ini adalah usia usaha tergantung pada usia owner. Jika tidak memiliki penerus, maka usaha tidak lagi berjalan. Maka dari itu pengusaha tidak boleh berhenti di level ini, harus naik kelas agar usaha yang dijalankan terus berjalan dan berkembang, ” jelas alumni Administrasi Bisnis FIA UB ini.
Ia melanjutkan, pada level ketiga (korporasi awal) dan level empat (korporasi besar), bisnis akan berjalan lebih panjang dari umur owner karena sudah terbentuk struktur organisasi yang profesional. Namun yang paling penting, pengusaha diharapkan bisa sampai pada level lima, yakni level Multinasional.
“Perusahaan level multinasional, seperti Indofood, masih sangat jarang ditemui di Indonesia. Suatu negara dapat dikatakan maju karena mereka memiliki banyak perusahaan pada level ini. Ini tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan tetapi juga menghasilkan devisa yang besar bagi suatu negara, ” jelasnya.
Kegiatan ini diawali oleh Keynote Speech yang dibawakan oleh Sekjen IKA UB Arief Subekti. Ia menyampaikan, berdasarkan data Entrepreneurship Index, jumlah pengusaha di Indonesia dibandingkan jumlah penduduk masih sangat kecil, yakni 3, 1 persen.
“Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa ini. Kemampuan berwirausaha bisa dibina dan dilatih. Semua ada tahapannya. Yang perlu ditekankan adalah kesabaran, mental yang kuat, dan fokus. Semoga kegiatan ini dapat mendukung pertumbuhan kewirausahaan bagi mahasiswa UB dan seluruh mahasiswa di Indonesia, ” ungkap Arief.
Saat membuka acara, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kewirausahaan Mahasiswa Prof. Dr. Drs. Abdul Hakim, M.Si berharap, melalui kegiatan diklat Kewirausahaan Nasional ini dapat membentuk motivasi wirasusaha tinggi di kalangan mahasiswa sehingga ke depan dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Kegiatan ini diikuti 750 mahasiswa UB dan umum. Selain Ahmad Sadat, hadir beberapa narasumber yang turut memberikan materi, motivasi, serta pengalaman dalam mengembangkan bisnis. Mereka adalah Owner Rira Clothing Konveksi dan Little Bee Boutique Rizki Rahmadianti, Founder Baraka Coffee House Johan Iswara Radhitama, Founder dan Presiden Chickin Ashab Alkahfi, dan pemenang Wirausaha Mandiri dengan Produk Biogas Dispenser Yogha Pranata Atmaja. (Irene/Jon)